BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan
perkembangan zaman, ilmu kesehatan selalu dan terus mengalami perkembangan
sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dan
perkembangan ilmu kesehatan tidak dapat terlepas dari kemajuan dan dukungan
ilmu-ilmu dasar seperti biofisika, biokimia, mikrobiologi, biologi molekuler,
dan genetika.
Membaca karya tokoh besar akan
membuat takjub pembacanya. Berbagai imajinasi akan melambung, membayangkan
keelokan sang tokoh, kejeniusannya dan akhirnya pembaca akan tertarik ingin
menjadi seperti “dia”. Karyanya memang mengundang orang lain berdecak kagum,
“kok bisa dia menghasilkan karya seperti itu, kapan dia bekarya? Apakah waktu
yang tersedia cukup banyak sehingga sang tokoh dengan leluasa bekarya? Apakah
dia tidak bekerja, tidak punya istri? Kapan makannya? Bagaimana kehidupan
sosial-masyarakatnya?”
Di beberapa
negara maju, ilmu kesehatan mendapatkan perhatian serius dan dikembangkan
secara intensif dengan harapan dapat memberi jalan keluar untuk mengatasi
berbagai permasalahan kesehatan yang dihadapi umat manusia pada saat ini maupun
yang akan datang.
Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan
yang produktif, mengarang kurang lebih 450 buku yang pokok besar pembahasannya
adalah dunia kedokteran dan filsafat. Karya Qonun Fi Thibnya
diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Book of Healing dan The
Canon of Medicine.
Pada permulaan
tahun 1942, ilmuwan Inggris Alexander Fleming melaporkan bahwa suatu zat yang
dihasilkan oleh jamur Penicilium notatum yang diberi nama penisilin memiliki
sifat mampu membunuh bakteri penyebab penyakit. Fleming memperhatikan satu set
cawan petri lama yang ia tinggalkan. Ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus
aureus yang ia goreskan pada cawan petri tersebut telah hancur. Kehancuran sel
bakteri terjadi pada daerah yang berdekatan dengan cendawan pencemar yang
tumbuh pada cawan petri. Ia menduga bahwa suatu produk dari cendawan tersebut
menyebabkan hancurnya sel stafilokokus. Produk tersebut kemudian dinamai
penisilin karena cendawan pencemar tersebut dikenali sebagai Penicillium
notatum.
Abu Bakar ar-Razi
dilahirkan di kota Ray, sebelah selatan Teheran, sekitar tahun 250 Hijriah (864
Masehi). Di kota Ray dia tumbuh dan belajar. Dia pergi ke Baghdad ketika
usianya hampir tiga puluh tahun dan menetap di sana selama beberapa waktu.
Ketika masih berusia muda, dia sangat senang dengan ilmu-ilmu yang bersifat
rasional, sastra dan puisi. Pada mulanya dia sangat menyukai bidang simia dan
kimia serta banyak mengarang buku tentang kedua bidang tersebut. selanjutnya,
pada saat dewasa, dia mempelajari bidang kedokteran di bawah bimbingan Ali bin
Rabin ath-Thabari. Razi adalah dokter pertama yang
diketahui telah menulis pada mata pelajaran reaksi alergi dan imunologi. Dia
dikenang dalam karyanya yang lain seperti, Sense of Smelling, gejala alergi
musiman, bagaimana reaksi manusi dengan radang sinus setelah mencium bunga.
B.
Rumusan Masalah
1.
Biografi dan
sejarah Ibnu sina
2.
Biografi dan
sejarah Hipocrates
3.
Biografi dan
sejarah Alexander Fleming
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
Biografi dan sejarah Ibnu sina
2.
Untuk mengetahui
Biografi dan sejarah Hipocrates
3.
Untuk mengetahui
Biografi dan sejarah Alexander Fleming
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Ibnu Sina
1.
Biografi
Ibnu Sina
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī
al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina atau dalam
tulisan arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). Ibnu Sina lahir pada 980 di
Afshana daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia).
Dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf,
ilmuwan, dan juga dokter. Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal
dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu
daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afganistan (dan
juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran
Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang
mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun. Ibn Sina dididik
dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya
menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian
sikap intelektual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child
prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang
ahli puisi Persia.
Diusia ke-10, Ibnu Sina sudah
menguasai Al_Qur’an dan ilmu-ilmu pengetahuan dasar lainnya. Ia belajar ilmu
mantik dari Abu Abdullah Natili, seorang filsuf terkenal di masa itu. Yang
dipelajari Sina meliputi filsafat Yunani, kedokteran, ilmu eksakta maupun
buku-buku Islam lainnya. Tak heran di kemudian hari Sina menjadi seorang
filsuf, ensiklopedis, ahli matematika, dokter dan astronom terkemuka di
zamannya.
Kontribusi terbesar Sina dalam bidang kedokteran terutama bias dilihat dari bukunya yang terkenal, Al-Qanun fi Al-Tibb. Kitab itu di Barat lebih dikenal sebagai The Canon of Medicine. Tidak ada satu rujukan pun dalam ilmu kedokteran yang tidak mengambil rujukan dari Sina. Di masa mudanya, ia telah memperlihatkan bakat yang luar biasa dalam bidang kedokteran, dan ketika itu ia cukup kondang di kampungnya sebagai tabib muda.
Kontribusi terbesar Sina dalam bidang kedokteran terutama bias dilihat dari bukunya yang terkenal, Al-Qanun fi Al-Tibb. Kitab itu di Barat lebih dikenal sebagai The Canon of Medicine. Tidak ada satu rujukan pun dalam ilmu kedokteran yang tidak mengambil rujukan dari Sina. Di masa mudanya, ia telah memperlihatkan bakat yang luar biasa dalam bidang kedokteran, dan ketika itu ia cukup kondang di kampungnya sebagai tabib muda.
Meskipun bermasalah besar pada
masalah - masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga,
untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia
menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia
akan meninggalkan buku - bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid,
dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada
larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya
dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah
akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia
membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata - katanya tertulis dalam
ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan
pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall
seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada
penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang
mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas
orang miskin.
Di usianya yang ke-17, Sina berhasil
menyembuhkan Nuh Ibn Mansur, seorang raja di Bukhara. Mirip dongeng, saat itu
semua tabib terkenal yang diundang ke istana angkat tangan tak bias
menyembuhkan sang raja. Dalam masa penyembuhan, Raja Mansur berkeinginan
memberi Sina hadiah, tapi tabib muda itu hanya berhasrat untuk diizinkan
“melahap” semua buku-buku diperpustakaan istana.
Sina memulai pengembaraannya dari
Jurjan. Ini dilakukan setelah kematian ayahnya, dan bertemu dengan sebayanya
yang sangat terkenal di masa itu, yakni Abu Raihan Al-Birruni. Lalu ia
berpindah ke negeri Rayy dan menuju Hamadan. Di Hamadan ini ia menulis buku
fenomenalnya Al-Qanun fi Al-Tibb. Di kota ini pula, ia menyembuhkan raja
Hamadan, Shams Al-Daulah, dari penyakit perut kronis. Dari Hamadah kemudian ia
berpindah ke Isphanan (sekarang Iran), yang menjadi tempat untuk menyelesaikan risalah-risalah
monumentalnya.
Karakteristik paling mendasar dari
pemikiran Ibnu Sina adalah pencapaian definisi dengan metode pemisahan dan
pembedaan konsep secara tegas dank eras sehingga mampu mengusik temperamen
modern. Ia mengemukaan secara berulang-ulang pada setiap kesempatan tentang
pembuktian pemikirannya dalam hal dualisme tubuh dan akal, doktrin universal,
serta teori tentang esensi dan eksistensi.
Keaslian pemikiran Sina rupanya,
bukan saja menghadirkan keunikan sekaligus kekaguman dunia Islam pada abad
pertengahan. Orde dominikan dan masa Teologi Barat memperoleh pengaruh kuat
dari pemikirannya. Perumusan kembali Teologi Katolik Roma yang digagas Albert
Agung dan terutama oleh Thomas Aquinas secara mendasar dipengaruhi oleh
pemikitan Ibnu Sina.
Penerjemah De Anima,
Gundisalvus menulis bahwa De Anima yang sebagian besar isinya merupakan
pengambilan besar-besaran doktrin-doktrin Sina. Demikian juga filsuf dan
ilmuwan abad pertengahan seperti Robert Grosseteste dan Roger Bacon yang
menginternalisasikan sebagian besar pemikiran Ibnu Sina.
Untuk memahami teologi dav metafisika
Aquinas, setiap orang pasti harus merujuk pada pemahaman jasa pemikiran yang
diterimanya dari Ibnu Sina. Semua orang dapat melihat pengaruh filsuf besar
muslim ini dalam karya Aquinas, Summa Theologica dan Summa Contra
Gentiles yang merupakan karya terbesarnya.
Kitab Qanun fi al-Tibb atau The
Conons of Medicine karangan Sina telah menjadi ensiklopedi terlengkap dan
terbesar di bidang kedokteran, yang memuat jutaan istilah. Di dalamnya termuat
risalah pengobatan perpaduan dari sumber-sumber pengobatan kuno dan tabib
muslim. Ibnu Sina tidak sekedar memadukan, tetapi juga memberi semacam
kontribusi orisinal. Selain berisi pengobatan-pengobatan dengan cara umum,
kitab itu juga memuat nama obat-obatan (ada 760 macam), jenis-jenis menjangkiti
seluruh tubuh mulai kepala sampai kaki, terutama bidang farmakope dan patologi.
Kitab Qanun sangat dikenal juga
sebagai kitab kedokteran paling otentik di dunia, sangat banyak memuat
penemuan-penemuan Sina di bidang anatomi, yang masih dipakai hingga kini. Sina
pula yang pertama kali dapat mengenali muasal terjadinya penyakit menular,
seperti phtisis dan TBC, yang disebarkan melalui aur dan tanah, serta kaitan
antara kesehatan dengan kondisi psikologi. Dia juga orang pertama yang dapat
memjabarkan gangguan meningitis (radang otak), dan ilmuwan pertama yang
mampu menjabarkan anatomi mata berikut perangkat system optiknya.
Di abad ke-12, Qanun (Canon)
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona. Kitab ini
kemudian menjadi buku panduan utama dalam sekolah-sekolah kedokteran Eropa.
Dalam perkembangannya selama tiga belas tahun lebih, buku ini telah diterbitkan
sebanyak 16 kali, 15 kali dalam bahasa Latin dan satu kali dalam bahasa Yahudi.
Bahkan di abad ke-16, buku tersebut
telah dicetak kembali lrbih dari 20 kali. Tahun 1930, Cameron Gruner, secara
berjilid menerjemahkan kitab ini ke dalam bahasa Inggris, yang diberinya judul A
Treatise on the Canons of Medicine of Avecienna. Dari abad ke-12 sampai
ke-17, kitab Qanun telah menjadi “guru pembimbing” bagi ilmu kedokteran di
Barat. Dr. William Osler, penulis buku The Evolution of Modern Science,
menulis: “Qanun telah mewariskan sesuatu, dan menjadi seperti kitab suci dunia
kedokteran dalam jangka waktu sangat lama, melebihi buah karya apapun di dunia
ini.”
Kitab Ibnu Sina lainnya, seperti
Kitab Al-Shifa (Buku penyembuhan) adalah ensiklopedi filsafat, yang membahas
sangat banyak lingkup pengetahuan dari filsafat sampai ilmu pengetahuan.
Filosofinya berhasil mempersatukan tradisi Aristotelian, pengaruh neo-platonik
dan teologi Islam. Dalam bahasa Latin kitab ini disebut Sanatio. Selain Shifa,
risalah filsafatnya yang cukup dikenal adalah Al-Najat dan Isharat.
Dalam kedua risalahnya itu Sina memadukan dua kategori utama dalam filsafat,
yakni antara pengetahuan teoretis dan pengetahuan praktis.
Dalam bidang kimia, Sina tidak percaya
psds krmungkinsn terjadinya transmulasi kimia pada bahan metal. Pandangannya
ini secara radikal bertentangan dengan keumuman yang berlaku saat itu.
Risalahnya dalam penelitian mineral adalah salah satu sumber utama yang sering
menjadi rujukan para ensiklopedis geologi Kristen di abad ke-13. kebesaran
figure Ibnu Sina kini diabadikan menjadi nama sebuah auditeruim besar pada
fakultas kedokteran Universitas Paris, Perancis.
Ibnu Sina yang tak pernah bisa betah
berdiam di suatu tempat, menjelajah ke barbagai negeri sambil mengembangkan
berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat itu, akhirnya mengalami semacam
kelelahan mental hebat. Pada saat itu banyak terjadi kerusuhan politik di
negeri yang ia tinggali sehingga kesehatannya terganggu. Ibnu Sina wafat pada tahun
1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Ia wafat ketika
sedang mengajar di sebuah sekolah. saat itu dia sedang sakit parah tetapi tetap
saja bersikeras utuk mengajar anak-anak, saat dia wafat anak-anak itu merasa
beruntung sekali mempunyai kesempatan untuk bertemu ke ibnu sina untuk terakhir
kalinya karena saat akan dibawa ke rumah dia sudah kehilangan nyawa dan tidak
dapat ditolong.
Lepas dari sebuah kesulitan, Ibnu
Sina dihadapkan pada intrik-intrik politik yang jauh lebih menyakitkan. Saat
menjabat sebagai perdana menteri di pemerintahan Syams ad-Daulah (Hamdan), dia
nyaris terbunuh lantaran kebijakannya dianggap tidak berpihak pada angkatan
bersenjata, dan pada masa kekuasan Ala ad-Daulah, ia harus mendekam di penjara
lapis tujuh. namun, dalam kekalutan dan ketidaknyamanan itulah Ibnu Sina
melahirkan karya opusnya Al-Qonun fi at-Thib dan As-Syifa’ yang
telah menggemparkan khazanah keilmuan. Hingga akhirnya, tepat pada hari pertma
Ramadhan 428 H, tepat diusianya 75 tahun, bapak dokter modern ini menghembuskan
nafas terakhirnya karena diracun.
Karena dirimu, mintalah padaku yang
mahal dan yang murah, mintalah padaku untuk tidak mengingatmu, tapi, jangan
memintaku untuk memadamkan jiwa dan ragaku. Kebenaran ada bersamamu. Aku sama sepertimu,
akan hidup seribu tahun lagi. Kita akan hidup bersama seribu tahun. Selamat
tinggal. Surat pribadi ini menjadi bukti bahwa karyanya kekal berabad-abad
dibandingkan dengan jasadnya.
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di
Dunia Barat
2. Penemuannya
Dalam bidang
materia medeica, Ibnu Sina telah
banyak menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum
budrunga - dimana tumbuh - tumbuhan banayak membantu terhadap bebebrapa
penyakit tertentu seperti radang selaput otak (miningitis).
Ibnu Sina
pula sebagai orang pertama yang menemukan peredaran darah manusia, dimana enam
ratus tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia pulalah yang
pertama kali mengatakan bahwa bayi selama
masih dalam kandungan mengambil makanannya lewat tali pusarnya.
Dia jugalah
yang mula - mula mempraktekkan pembedahan penyakit - penyakit bengkak yang
ganas, dan menjahitnya. Dan last but not
list dia juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa dengan cara - cara modern
yang kini disebut psikoterapi.
Dibidang
filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam para filosof di masanya, bahkan
sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina otodidak dan genius orisinil yang bukan hanya
dunia Islam menyanjungnya ia memang merupakan satu bintang gemerlapan
memancarkan cahaya sendiri, yang bukan pinjaman sehingga Roger Bacon, filosof
kenamaan dari Eropa Barat pada Abad Pertengahan menyatakan dalam Regacy of Islam-nya Alfred Gullaume;
“Sebagian besar filsafat Aristoteles sedikitpun tak dapat memberi pengaruh di
Barat, karena kitabnya tersembunyi entah dimana, dan sekiranya ada, sangat
sukar sekali didapatnya dan sangat susah dipahami dan digemari orang karena
peperangan - peperangan yang meraja lela di sebeleah Timur, sampai saatnya Ibnu
Sina dan Ibnu Rusyd dan juga pujangga Timur lain membuktikan kembali falsafah
Aristoteles disertai dengan penerangan dan keterangan yang luas.”
3. Pengaruh Di dunia Timur dan Barat
Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab
Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh
ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga
salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam
pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.
Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada
aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan
meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau
pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara
tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk
merawat dan mengobatinya.
Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;
Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;
“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku
yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun
belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku
dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya...
Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang
ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika
dengan berbagai cabangnya.
Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga
kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami
dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok
bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari
panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di
penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan
ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.
Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah
memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis
kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang
dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis
buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu
Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan
agamanya dengan metode yang indah.
Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab
al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang
massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq,
matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai
buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu
alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan
telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa
abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas
kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit.
Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab
Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut
juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun
adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam.
Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas
Eropa.
4.
Buku
Karangan Ibnu Sina
Walaupun Ibnu Sina terkenal orang yang sangat sibuk
dengan tugas pekerjaannya sehari-hari, yang hampir memborong seluruh waktunya,
perlawatan yang sering dilakukannya, belum lagi peperangan yang sering terjadi,
tetapi dia terkenal seorang yang sangat produktif. Buku-buku karangannya
melipiti hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan, dengan memakai bahasa yang
mudah dimengerti oleh segenap lapisan masyarakat pembaca. Ibnu Sina adalah
seorang pujangga dan pengarang yang paling mengagumkan. Setiap waktu yang
terluang, senantiasa digunakannya untuk membaca dan mengarang. Kalau tidak ada
waktu yang senggang pada siang hari , maka seluruh malam dipergunakannya untuk
mengarang sehingga dia tak sempat tidur. Siang hari ia pergunakan untuk
menjalankan tugas pemerintahan, malam hari digunakannya untuk mengajar dan
mengarang.
Sebagai seorang Negarawan, Dokter, Guru Besar selalu
ia sediakan waktu untuk membaca dan mengarang. Jika ia berada dalam perjalanan,
maka segala kertas dan buku dibawanya, dan kalau berhenti disuatu tempat maka dia mulai berfikir dan
terus mengarang. Digambarkan oleh muridnya Jaujani, sewaktu Ibnu Sina menulis
buku “As-Syifa”, setiap hari Ibnu Sina menulis dengan tangannya sendiri tidak
kurang dari 50 halaman kertas.
Jumlah karangan Ibnu Sina yang telah mulai mengarang
buku ketika berusia 21 tahun sampai dengan akhir hayatnya berjumlah 276 buah. Ini adalah laporan Fater dari Dominican di Cairo yang telah
menyelidiki sedalam-dalamnya dan menghimpun hasil penyelidikannya itu kedalam
sebuah buku yang diberi judul “Essai de
Bibliographie Avicenna” yang memuat nama-nama dari segala buku dan risalah
yang pernah dikarang oleh Ibnu Sina.
Buku-buku karangan
Ibnu Sina itu antara lain :
a.
Al-Majmu’
Buku
tersebut memuat himpunan berbagai ilmu pengetahuan umum, mulai dari ilmu
falsafah sampai kepada ilmu psikology dan metafisika.
b.
Al-Birru Wal Istmu
Memuat
tentang ilmu ethika (akhlak untuk mengetahui perbuatan-perbuatan kebajikan dan
perbuatan dosa). Buku tersebut terdiri dari 2 jilid.
c.
Al-Hashil Wal Mashul
Memuat
ilmu-ilmu Islam, seperti Ilmu Hukum Fiqh, Ilmu Tafsir Al-qur’an dan Ilmu
Tasauf. Buku ini terdiri dari 20 jilid.
d.
Al-Qanun Fit Thib
Buku
ini lebih dikenal dengan nama “Canon” terdiri dari 5 jilid, memuat sebanyak 1
juta perkataan. Buku ini dianggap sebagai kitab sucinya ilmu Kedokteran,
menguasai dunia pengobatan Eropa selama 5 abad.
e.
Al-Urjuzah Fit Thib
Buku
ini memuat syair-syair tentang kedokteran. Pertama kali disebarkan menurut teks
aslinya berbahasa Arab dengan terjemahannya dalam bahasa Latin dan kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa Perancis.
f.
Al-Adwiyah al Qalbiyah
Buku
ini memuat petunjuk pengobatan penyakit jantung.
g.
Al-Qaulandj
Buku
ini memuat tentang penyakit dalam pada bahagian perut. Penyakit ini pernah
diobatinya dengan berhasil baik terhadap seorang pembesar Islam, akan tetapi
penyakit ini pulalah yang menyerangnya hingga ia meninggal dunia.
h.
Majmu’ah Ibnu Sina
Buku
ini berisi berbagai cara pengobatan secara tabib, nujum, pekasih, pembungkem
mulut para hakim, dan sebagainya. Naskah buku ini sekarang tersimpan di
perpustakaan Alamiyah di Cairo dekat Universitas al Azhar.
i.
As-Syifa’
Buku
ini berisi tentang penemuan dan penyembuhan. Terdiri dari 18 jilid. Naskah
aslinya tersimpan di Oxford University London. Memuat logika, fisika, matematika, kedokteran yang
berhubungan dengan penemuan teori dan penyembuhan penyakit.
j.
Hikmah al Masyriqiyyin
Buku
ini adalah buku filsafat yang menggambarkan filsafat timur yang berbeda dengan
filsafat barat. Menurut Ibnu Sina Falsafah barat sangat mengandalkan
Rasionalistic sedangkan Falsafah Timur mengandalkan selain ratio juga suara
wahyu dari Tuhan.
k.
Dansh Namihi ‘Alaii
Artinya
adalah Buku falsafah untuk Allah. Buku
tersebut ditulisnya untuk Amir ‘Alauddin dari Isfahan, yang ditulis Ibnu Sina
dalam bahasa Persi yang Indah.
l.
Kitabul Inshaf
Buku
tentang keinsafan.
m.
Kitabul Hudud
Buku
tentang kesimpulan-kesimpulan. Dengan buku ini Ibnu Sina menegaskan
istilah-istilah dan pengertian-pengertian yang dipakainya di dalam ilmu
falsafah.
n.
Al-Isyaratu Wattambihaat
Buku
tentang dalil-dalil dan peringatan-peringatan. Sesuai namanya buku ini banyak
berbicara masalah-masalah dalil-dalil dan peringatan-peringatan mengenai
prinsif Ketuhanan dan Keagamaan.
o.
Kitabun Najaah
Buku
tentang kebahagiaan jiwa.
p.
Al-Isaghuji
Ilmu
Logika Isagoji.
q.
Fi-Aqsamil ‘Ulumil ‘Aqliyyah
Tentang
pembagian segala ilmu akal.
r.
Lisanul ‘Arabi
Bahasa
Arab.
s.
Macharijul Huruf
Cara-cara
mengucapkan kata-kata.
t.
Arrisalatu fi Assababi Hudusil
Huruf
Risalah
tentang terjadinya huruf.
u.
Al-qasidatul ‘Ainiyya
Qasidah/syair
tentang jiwa.
v.
Ar-Risalatut Thairi
Cerita
seekor burung
w.
Qishatu Salaman wa Absal
Cerita
raja Salaman dan saudaranya Absal
x.
Ar-Rishalatu Hayyibin Yaqzhan
Cerita
si hidup anak si bangun. Buku ini menceritakan seorang pengenbara yang sudah
tua umurnya tetapi tetap kuat dan gagah, mempunyai tenaga besar dan tahan
terhadap hujan dan panas, tidak terganggu oleh pergantian musim.
y.
Risalatus Siyyasati
Buku
tentang ilmu politik
z.
Fi Isybatin Nubuwwa
Tentang
menetapkan adanya kenabian
aa.
Ar Razaq
Tentang
Pembagian Rizki
bb.
Tadbirul Junudi Walmamalik
Buku
Soal Pertahanan dan Angkatan Bersenjata
cc.
Tadbirul Manazilu
Buku
penyusunan kekeluargaan dalam politik Ketuhanan
dd.
Jami’ul Bada’
Tafsir
Al-Qur”an
5.
Kepribadian
Ibnu Sina
Dari
autobiografi dan karangan - kaangannya dapat diketahui data tentang sifat -
sifat kepribadianhya, misalnya :
a. Mengagumi dirinya sendiri
Kekagumannya akan dirinya ini diceritakan oleh temannya sendiri yakni Abu
Ubaid al-Jurjani. Antara lain dari ucapan Ibnu Sina sendiri, ketika aku berumur
10 tahun aku telah hafal Al-Qur’an dan sebagian besar kesusateraan hinga aku
dikagumi.
b.
Mandiri dalam pemikiran
Sifat ini punya hubungan erat sudah nampak pada Ibnu Sina sejak masa kecil.
Terbukti dengan ucapannya “Bapakku dipandang penganut madzhab Syi’ah Ismailiah.
Demikian juga saudaraku. Aku dengar mereka menyebtnya tentang jiwa dan akal,
mereka mendiskusikan tentang jiwa dan akal menurut pandangan mereka. Aku
mendengarkan, memahami diskusi ini, tetapi jiwaku tak dapat menerima pandangan
mereka”.
c.
Menghayati agama, tetapi belum ke tingkat zuhud dan wara’.
Kata Ibnu
Sina, setiap argumentasi kuperhatikan muqaddimah
qiyasiyahnya setepat - tepatnya, juga kuperhatikan kemungkinan
kesimpulannya. Kupelihara syarat - syarat muqaddimahnya,
sampai aku yakin kebenaran masalah itu. Bilamana aku bingung tidak berhasil
kepada kesimpulan pada analogi itu, akupun pergi sembahyang menghadap maha
Pencipta, sampai dibukakan-Nya kesulitan dan dimudahkan-Nya kesukaran.
d.
Rajin mencari ilmu, keterangan beliau “saya tenggelam dalam studi ilmu dan
membaca selama satu setengah tahun. Aku tekun studi bidang logika dan filsafat,
saya tidak tidur satu malam suntuk selama itu. Sedang siang hari saya tidak
sibuk dengan hal - hal lainnya”
e.
Pendendam. Dia meredam dendam itu dalam dirinya terhadap orang yang
menyinggung perasaannya. Dia hormat bila dihormati.
f.
Cepat melahirkan karangan
Ibnu Sina
dengan cepat memusatkan pikirannya dan mendapatkan garis - garis besar dari isi
pikirannya serta dia dengan mudah melahirkannya kepada orang lain. Menuangkan
isi pikiran dengan memilih kalimat/ kata-kata yang tepat, amat mudah bagi dia.
Semua itu berkat pembiasaan, kesungguhan dan latihan dan kedisiplinan yang
dilakukannya.
B.
Sejarah Penemuan Alexander Fleming
1.
Biografi Alexander Fleming
Alexander Fleming 6 Agustus 1881 -
11 Maret 1955 Penicillin/penisilin
Sir Alexander Fleming adalah orang yang dikenal sebagai penemu penisilin
(antibiotik untuk melawan bakteri).
Lahir di daerah pertanian Lochfield dekat Darvel, Skotlandia. Dia adalah anak ketiga dari empat orang bersaudara dan mempunyai empat orang saudara tiri lagi.
Lahir di daerah pertanian Lochfield dekat Darvel, Skotlandia. Dia adalah anak ketiga dari empat orang bersaudara dan mempunyai empat orang saudara tiri lagi.
Fleming bersekolah di Loudoun Moor School dan Darvel School, kemudian
selama dua tahun dia bersekolah di Kilmarnock Academy. Setelah bekerja di
kantor jasa pengiriman selama empat tahun, Fleming yang berumur 20 tahun saat
itu mewarisi sebagian harta dari pamannya. Kakak Fleming yang waktu itu adalah
seorang dokter menyarankan agar adiknya mengikuti jejak karirnya, sehingga pada
tahun 1901 Alexander Fleming kemudian mendaftarkan diri di Rumah Sakit St.
Mary's, London. Dia kemudian mendapatkan kualifikasi khusus untuk bersekolah di
tahun 1906 dengan pilihan menjadi ahli bedah.
Alexander Fleming sendiri terkenal karena dia merupakan ahli peneliti yang
sangat pandai, tetapi ceroboh dan laboratoriumnya sendiri sering terlihat
berantakan. Tahun 1928, setelah pulang dari liburan panjang, Fleming baru
teringat akan bakteri-bakteri dipiringan laboratorium lupa di simpan baik-baik,
dan telah terkontaminasi dengan sejenis jamur. Beberapa piring laboratorium
yang berisikan bakteri di buang, tetapi kemudian Fleming memperhatikan bahwa
perkembangan bakteri pada daerah yang terkontaminasi oleh jamur tersebut
menjadi terhambat. Fleming kemudian mengambil sampel contoh dari jamur tersebut
dan menelitinya, dia menemukan bahwa jamur tersebut berasal dari genus
Penicillium. Inilah sebabnya mengapa obat tersebut bernama penicillin atau
penisilin (Indonesia).
2.
Penemuan Alexander Fleming
Penemuan Fleming pada September 1928
menandai abad baru dalam dunia antibiotik modern. Fleming juga menemukan bahwa
bakteri sendiri dapat mengembangkan resistansi dan daya tahan terhadap
penisilin apabila penisilin yang digunakan sebagai antibiotik terlalu sedikit
dan digunakan dalam jangka waktu yang pendek.
Hasil penemuan Fleming ini disiarkan
tahun 1929, tetapi pada mulanya tidak banyak menarik perhatian. Fleming
mengemukakan bahwa penicilin punya arti penting buat pengobatan. Namun, dia
sendiri tak mampu mengembangkan teknik untuk memurnikan penicilin, dan lebih
dari sepuluh tahun lamanya obat yang penting itu tetap tinggal terlantar.
Akhirnya, di ujung tahun 1930-an,
dua penyelidik bidang kedokteran Inggris, Howard Walter Florey dan Ernst
Boris Chain menemukan tulisan Fleming. Mereka mengkaji kembali hasil kerja
Fleming dan menyempurnakan dan membikin jelas hasilnya. Mereka kemudian
memurnikan penicilin, mencoba substansi itu pada laboratorium binatang. Tahun
1941 mereka mencoba penicillin pada manusia yang menderita sakit. Percobaan
mereka dengan jelas membuktikan bahwa obat baru ini punya potensi yang
menakjubkan.
Atas dorongan pemerintah Inggris dan
Amerika, pabrik obat-obatan kini mulai terjun dan menaruh perhatian dan dengan
cepat mengembangkan metode memproduksi penicillin dalam jumlah besar-besaran.
Mulanya, penicillin cuma disediakan buat penggunaan para korban perang, tetapi
tahun 1944 dapat digunakan oleh masyarakat sipil di Inggris dan Amerika.
Tatkala perang rampung di tahun 1945, penggunaan penicillin sudah menyebar
ke seluruh dunia. Penemuan penicillin amat
menggugah penyelidikan bidang antibiotik lain, dan penyelidikan berikutnya
telah membuahkan pelbagai “obat ajaib” namun, penicillin tetap merupakan
antibiotik yang paling luas di pakai.
Satu sebab yang membikin keunggulannya langgeng adalah: penicillin efektif
untuk melawan pelbagai rupa mikro organisme yang berbahaya. Obat ini berguna
buat penyembuhan sipilis, gonorrhea, diphtheria, juga pelbagai macam
arthiritis, bronchitis, scarlet, lever, gangrene dan banyak lagi.
Keuntungan penicillin lainnya adalah relatif aman dipakai. Dosis 50.000
unit penicillin efektif buat melawan pelbagai infeksi. Dan suntikan 100 juta
unit penicillin sehari tak menimbulkan efek apa-apa. Meski sebagian kecil orang
alergi terhadap penicillin, buat kebanyakan orang merupakan obat yang bisa
mematangkan daya tahan dan pengamanan.
Karena penisilin waktu itu sangat sukar untuk dikembangkan, Fleming putus
asa untuk mengembangkan antibiotik tersebut. Segera setelah Fleming tidak lagi
mengembangkan penisilin, Howard Florey dan Ernst Chain mengambil alih
pengembangan tersebut dan melakukan produksi besar-besaran dengan bantuan dana
dari pemerintah Amerika dan Inggris. Norman Heatley menyarankan bahwa dengan
mentransfer bahan aktif penisilin kembali ke air dan mengubah tingkat asam-nya,
akan cukup untuk memproduksi obat-obatan yang dapat dipakai untuk percobaan
pada binatang.
Timbul satu pendapat bahwa
"Tanpa Fleming, tidak ada Chain, tanpa Chain, tidak ada Florey, tanpa
Florey, tidak ada Heatley, tanpa Heatley, tidak ada Penisilin."
C. Sejarah Penemuan AR-RAZI (251-313 H/ 865–936 M)
1. Biografi
AR-Razi
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Lahir
di kota Ray di kawasan Khurasan (sebelah timur kota Teheran sekarang). Pada
awal hidupnya, dia banyak memperhatikan studi filsafat, bahasa dan matematika.
Pada usianya yang ke tiga puluh tahun dia pindah ke kota Bagdad dan mulai giat
mempelajari ilmu kedokteran. Ketua rumah sakit ‘Adhadiah di kota Bagdad. Tidak
lama setelah itu dia pulang lagi ke Ray dan menduduki jabatan kepala dokter di
rumah sakit kerajaan. Namanya semakin terkenal luas di seluruh negeri.
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus
865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober
925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran
Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran,
Iran.
Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.
Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi
atau musisi
tapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk
berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan
matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan
matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah
mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah
Abbasiyah, al-Mu'tashim.
Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal
sebagai seorang dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy
pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb
al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa
tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad
pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.
Setelah kematian
Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota
kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu
Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu,
ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada
pasiennya saat berobat kepadanya
2.
Penemuannya
Beliau berhasil menenemukan
beberapa penemuan ilmiah di bidang kedokteran
dan kimia, di antaranya:
a. Pembuatan benang operasi dari usus kucing
b. Yang pertama-tama menyembuhkan luka dengan
jahit
c. Yang pertama kali membedakan antara penyakit
cacar dengan cacar air
d. Membuat salep dari air raksa
e. Mengobati TBC dengan susu dicampur gula
f. Yang pertama-tama memisahkan farmasi dari
kedokteran
g. Yang pertama kali menjadikan ilmu kimia
sebagai pembantu ilmu kedokteran
h. Perintis farmasi kimia, hasilnya:
i. Yang pertama kali menghasilkan alkohol dari
perasan zat-zat yang mengandung gula
j. Yang pertama kali menghasilkan zat asam
belerang dengan mengkristalkan belerang besi.
Di hari-hari
senjanya, Ar-Razi kehilangan daya penglihatan karena terlalu banyak membaca pada waktu malam. Al- Razi adalah orang
yang murah hati, sayang pada pasien-pasiennya, dermawan kepada orang-orang
miskin, karena itu ia memberikan pengobatan sepenuhnya tanpa meminta bayaran
sedikitpun. Jika tidak bersama murid dan pasiennya, ia selalu menghabiskan
waktunya untuk menulis dan belajar.[3]
Mungkin ini yang menyebabkan penlihatannya berangsur-angsur melemah dan
akhirnya ia menjadi buta
Ada cerita menarik
tentang dirinya. Pada suatu hari seorang dokter datang untuk mengobati matanya. Sebelum memulai ditanya oleh Ar-Razi tentang
jumlah jaringan mata. Seketika itu dokter tersebut gemetar dan diam tidak bisa
menjawab, maka Ar-Razi pun menyela, “Barang siapa yang tidak bisa menjawab
pertanyaan ini, tidak sepantasnya memegang peralatan dan memain-mainkannya di
mata saya.”
Ar-Razi meninggalkan
banyak karangan dalam berbagai disiplin ilmu. Jumlahnya mencapai 230 judul.
Bukunya yang paling
terkenal adalah: Al-Hawi dalam kedokteran, Al-Mansuri dalam kedokteran,
Al-Judari dan Hashbah (cacar dan cacar air), Bar’u Sa‘ah (sembuh seketika),
Sirrul Asrar (rahasia dari rahasia) dalam kimia, dan Tadbir (pengaturan) juga
dalam kimia.
3. Pesan-Pesannya:
“Obatilah
penyakit pada saat muncul gejala awalnya dengan sesuatu yang tidak menghilangkan
energi pasien. Hal ini disepakati oleh para dokter, telah terbukti secara
empiris dan agar berada di depanmu!”
“Apabila
seorang dokter mampu mengobati dengan makanan tanpa obat, maka hal itu sejalan
dengan prinsip kebahagiaan.”
“Sebaiknya
seorang pasien hanya berobat kepada satu orang dokter saja. Kemungkinan
kelirunya akan lebih kecil.”
“Umur
tidak cukup untuk mengetahui khasiat setiap tumbuhan yang yang ada di muka
bumi. Dari itu pilihlah yang sudah terkenal. Hal inipun telah disepakati oleh
para dokter dan terbukti secara empiris!”
“Kebenaran
dalam kedokteran adalah suatu tujuan yang tidak mungkin dicapai, mengobati
dengan hanya bersandarkan kepada buku tanpa kemahiran seorang ahli adalah
tindakan yang berbahaya.
4.
Muhammad ibnu Zakariya ar Razi
Seperti diketahui, di bidang farmasi profesional pada awalnya dikembangkan
di Baghdad pada masa pemerintahan Dinasti Abbaysiah pada abad ke-9. Cendekiawan
dan ilmuwan Muslim menyumbang kontribusi yang signifikan untuk bidang studi mereka.
Di antara mereka adalah apoteker / dokter Muhammad ibnu Zakariya ar Razi.
Photo: Zakariya ar-Razi – Wikipedia
Banyak sarjana Barat sering merujuk kepadanya yang juga dikenal dengan nama
Latin sebagai Rhazes. Razi yang dilahirkan di kota Rayy Persia dan berkelana
hampir sepanjang hidupnya. Ia menjabat sebagai dokter untuk pejabat pemerintah
terkemuka di Spanyol. Razi dihormati karena beberapa inovasinya di bidang
medis, termasuk penggunaan alkohol sebagai anti-septik. Salah satu prestasi
terbesar Razi adalah karya-nya dalam Kitab al-Mansuri fi al-thibbun,
atau Kitab Obat Mansur. Dimana didalamnya berisi tentang sejarah kasus
penyakit, jumlah dan rincian penyakit, gejala, dan perawatannya. Kitab itu
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di kota Toledo, Spanyol pada
abad ke-12 sebagai Buku Razi of Medicine dan diedarkan secara luas ke
seluruh Spanyol dan wilayah Eropa pada abad ke-13.
Razi adalah dokter pertama yang diketahui telah menulis pada mata pelajaran
reaksi alergi dan imunologi. Dia dikenang dalam karyanya yang lain seperti,
Sense of Smelling, gejala alergi musiman, bagaimana reaksi manusi dengan radang
sinus setelah mencium bunga.
Razi kembali melakukan pengamatan fundamental penting ketika ia mencatat
bahwa demam adalah mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit. Penemuan ini
merupakan dasar dari ilmu imunologi.
Razi adalah seorang pelopor dalam hal diagnosa. Razi misalnya mendiagnosa
diabetes dengan meminta pasien untuk buang air kecil di daerah yang bersih dari
pasir. Jika semut berkumpul di daerah buang air si pasien, maka bisa
disimpulkan karena kelebihan glukosa dalam urin, dan itu berarti si pasien
memiliki penyakit diabetes.
Razi juga yang menyimpulkan bahwa jantung adalah organ yang harus
disalahkan untuk kematian mendadak. Dia menulis bahwa kematian mendadak terjadi
ketika otot jantung tegang dan gagal untuk memompa darah. Razi juga mendokumentasikan
beberapa jenis penyumbatan arteri.
Selain diagnosa Al-Razi juga memberikan kontribusi bagi bidang psikologi
sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan fisik. Dia mendorong pasien dan
siswa untuk berlatih berpikir positif, percaya bahwa pikiran mempengaruhi tubuh
dan bahwa hal itu bisa membantu dalam pemulihan.
Razi juga menulis perbedaan antara penyakit cacar dan campak dalam Al-Judari
wa al-Hasbah, atau Cacar dan Campak. Pengetahuan akan perbedaan
antara kedua penyakit sangat penting sehingga dalam perawatan akhirnya
berkembang. Buku itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan beberapa bahasa
Eropa lainnya termasuk Perancis, Jerman, dan Inggris. Pada Cacar dan Campak
diterbitkan beberapa lusin kali antara abad ke 15 dan 19.Karya Razi mendapat perhatian
besar pada paruh pertama abad ke-18.
Awal Razi menulis “Cacar dan Campak” karena alasan sederhana, bahwa ia
tidak terkesan dengan karya yang ditulis oleh dokter sebelum dia tentang
masalah penyakit ini. Karya dengan empat belas bab rinci ini menjelaskan
gejala, metode pengamatan klinis, dan perawatan. Bagian yang paling penting
dari buku ini adalah di mana Razi mendokumentasikan pembedaan antara infeksi
cacar dan campak. Razi mengidentifikasi gejala umum paling utama antara kedua
infeksi seperti “demam, gatal hidung, alergi dalam tubuh, pipi dan mata
kemerahan, sakit tenggorokan, nyeri dada, sesak nafas, batuk, suara serak,
sakit kepala, dan kadang-kadang sinkop.
Perbedaan yang Razi kedepankan dan paling menarik adalah tingkat
keparahan nyeri punggung sebagai gejala cacar. Ini sangat penting dalam hal
mendiagnosis penyakit yang benar. Dokter juga mengidentifikasi demam sebagai
gejala, bukan penyakit itu sendiri. Dia mengidentifikasi berbagai tahapan dan
hubungannya dengan perkembangan penyakit. Dalam kasus cacar, Razi
merekomendasikan bahwa pasien diberi makan barley dengan air dan lentil. Dia
juga menulis bahwa tumbuh-tumbuhan tertentu harus dibungkus dalam kain dan
diterapkan pada luka pasien. Al-Judari wa al-Hasbah adalah buku pertama
dari jenisnya di mana dua penyakit menular yang dijelaskan panjang lebar dan
detail. Sebagai sebuah karya tunggal, resep Razi telah menjadi rujukan secara
luas para dokter Eropa Timur dan Tengah dan ilmuwan.
Dalam karya-karyanya, Razi menekankan betapa pentingnya pengamatan klinis
untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Metode Razi tentang penelitian yang
inovatif mengingatkan kita sebagai cara yang digunakan oleh peneliti
medis modern. Meskipun Razi tidak menggunakan metode Medieval umum dari darah
dan teori dari empat cairan dari tubuh (darah, dahak, empedu kuning, empedu
hitam), metodenya yang sangat modern dan canggih. Dia menyarankan
murid-muridnya untuk mengamati hasil klinis untuk diri mereka sendiri daripada
mengandalkan metode kuno dan penemuan. Dia sering berbicara tentang pentingnya
tangan pertama pengamatan, mengklaim bahwa dokter dari dunia kuno yang tidak
sempurna, karena mereka juga sering dianggap tidak sempurna.
Ulasan ini dedikasikan untuk penemuan kebenaran ilmiah yang meneguhkan
seorang Al-Razi sebagai tokoh fundamental penting dalam sejarah kedokteran,
baik di belahan Barat dan Timur.
Studi filsafat Razi ini bertahan hingga kini, mempengaruhi kebudayaan Eropa
lewat pengamatan dan kontribusinya terhadap dunia kedokteran. Dia mempelajari
karya-karya filsuf Yunani kuno Plato dan Socrates. Razi percaya pada
perkembangan generasi mendatang, mengklaim bahwa setiap generasi harus lebih
tercerahkan daripada yang terakhir. Dia menempatkan penekanan besar pada nilai
rasionalitas, keyakinan yang ia pahami sebagian dari tulisan Plato dan
Socrates. Pemikiran rasional yang Razi persembahkan dan akan menjadi komponen
penting dari Renaisans Eropa yang terjadi pada abad setelah kematian Razi
sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ibnu
Sina adalah seorang ahli multi kompleks di dalam berbagai Ilmu Pengetahuan.
Karena serba lengkap keahliannya itu, orang menamakannya “ensiklopedi hidup” yang melengkapi segala ilmu. Sebut saja
keahliannya; sebagai dokter, negarawan, filosof, pengarang, politikus, dan
banyak lagi yang lain. Keahliannya dalam ilmu kedokteran dikagumi di seluruh
dunia, baik mengenai prakteknya apalagi dilapangan teori yang tetap hidup
berabad-abad lamanya. Dia diakui sebagai dokter kaliber Internasional, yang
ajarannya dianut lebih dari 5 abad lamanya oleh ahli kedoteran barat khususnya,
melebihi lamanya dari para Dokter kaliber Internasional yang mendahuluinya,
seperti Galenius dan Hipocrates dari Yunani.
2.
Alexander Fleming Alexander Fleming sendiri terkenal
karena dia merupakan ahli peneliti yang sangat pandai, tetapi ceroboh dan
laboratoriumnya sendiri sering terlihat berantakan. Tahun 1928, setelah pulang
dari liburan panjang, Fleming baru teringat akan bakteri-bakteri dipiringan
laboratorium lupa di simpan baik-baik, dan telah terkontaminasi dengan sejenis
jamur. Beberapa piring laboratorium yang berisikan bakteri di buang, tetapi
kemudian Fleming memperhatikan bahwa perkembangan bakteri pada daerah yang terkontaminasi
oleh jamur tersebut menjadi terhambat. Fleming kemudian mengambil sampel contoh
dari jamur tersebut dan menelitinya, dia menemukan bahwa jamur tersebut berasal
dari genus Penicillium. Inilah sebabnya mengapa obat tersebut bernama
penicillin atau penisilin (Indonesia). Timbul satu pendapat bahwa "Tanpa
Fleming, tidak ada Chain, tanpa Chain, tidak ada Florey, tanpa Florey, tidak
ada Heatley, tanpa Heatley, tidak ada Penisilin."
3.
Ar-Razi
Ar-Razi lahir pada
tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober
925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran
Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran,
Iran.
Pada awal hidupnya,
dia banyak memperhatikan studi filsafat, bahasa dan matematika. Pada usianya yang
ke tiga puluh tahun dia pindah ke kota Bagdad dan mulai giat mempelajari ilmu
kedokteran. Ketua rumah sakit ‘Adhadiah di kota Bagdad. Tidak lama setelah itu
dia pulang lagi ke Ray dan menduduki jabatan kepala dokter di rumah sakit
kerajaan. Namanya semakin terkenal luas di seluruh negeri.
Razi adalah
seorang pelopor dalam hal diagnosa. Razi juga yang menyimpulkan bahwa jantung
adalah organ yang harus disalahkan untuk kematian mendadak. Selain diagnosa
Al-Razi juga memberikan kontribusi bagi bidang psikologi sebagai sarana untuk
meningkatkan kesehatan fisik. Razi juga menulis perbedaan antara penyakit cacar
dan campak dalam Al-Judari wa al-Hasbah, atau Cacar dan
Campak.
B. Saran
1. Ciptakanlah
selalu sejarah dalam hidupmu, ambil pelajaran dari para penemu tanpa mereka
kita tidak bisa merasakan dan menikmati penemuan beliau.
2.
Sebagai mahasiswa jangan pernah
lupa sejarah, karna sejarah adalah bukti dari masa lalu. Semoga kebesaran masa lalu menjadi cita-cita kebesaran masa depan tanpa
harus diwujudkan dengan pemaksaan kehendak. Sebab kejayaan masa lampau sering
menjadi tempurung kecil berbungkus kekerdilan yang menghambat kita bergerak
karena kekerasan dan kebanggaan yang belum tentu membawa dunia menjadi lebih
baik
DAFTAR PUSTAKA
Busyairi Madjidi, Konsep
Pendidikan Para Filosof Muslim, (Yogyakarta : Al-Amin Press). 1997, hal. 47 –
51
media.isnet.org
Artikel/ebook
lain, dpt di download dlm
bentuk file zip/chm di: http://www.pakdenono.com/ alexander.fleming
http://id.wikipedia.org/wiki/Alexander_Fleming
diakses tanggal 24 desember 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Zakariya_al-Razi
diakses tanggal 24 desember 2012
http://www.facebook.com/note.php?note_id=382540982637
diakses tanggal 24 desember 2012
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/08/26/ibnu-sina-pahlawan-dan-tokoh-kesehatan-islam-239910.html
diakses tanggal 24 desember 2012
http://info-biografi.blogspot.com/2010/03/biografi-ibnu-sina.html
diakses tanggal 24 desember 2012
http://filsafat.kompasiana.com/2011/09/26/ar-razi/
diakses tanggal 24 desember 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina
diakses tanggal 24 desember 2012
http://isepmalik.wordpress.com/2012/08/01/riwayat-hidup-abu-bakar-ar-razi/
diakses tanggal 24 desember 2012
http://pks-qatar.net/index.php?option=com_content&view=article&id=20:ibnu-sina&catid=16:profile&Itemid=35
diakses tanggal 24 desember 2012
http://www.rumahislam.com/tokoh/3-ilmuwan-muslim/74-ibnu-sina.html
diakses tanggal 24 desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar