Jumat, 28 Desember 2012

3 penemu dalam dunia kesehatan



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu kesehatan selalu dan terus mengalami perkembangan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dan perkembangan ilmu kesehatan tidak dapat terlepas dari kemajuan dan dukungan ilmu-ilmu dasar seperti biofisika, biokimia, mikrobiologi, biologi molekuler, dan genetika.
Membaca karya tokoh besar akan membuat takjub pembacanya. Berbagai imajinasi akan melambung, membayangkan keelokan sang tokoh, kejeniusannya dan akhirnya pembaca akan tertarik ingin menjadi seperti “dia”. Karyanya memang mengundang orang lain berdecak kagum, “kok bisa dia menghasilkan karya seperti itu, kapan dia bekarya? Apakah waktu yang tersedia cukup banyak sehingga sang tokoh dengan leluasa bekarya? Apakah dia tidak bekerja, tidak punya istri? Kapan makannya? Bagaimana kehidupan sosial-masyarakatnya?”
Di beberapa negara maju, ilmu kesehatan mendapatkan perhatian serius dan dikembangkan secara intensif dengan harapan dapat memberi jalan keluar untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan yang dihadapi umat manusia pada saat ini maupun yang akan datang.
Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan yang produktif, mengarang kurang lebih 450 buku yang pokok besar pembahasannya adalah dunia kedokteran dan filsafat. Karya Qonun Fi Thibnya diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Book of Healing dan The Canon of Medicine.
Pada permulaan tahun 1942, ilmuwan Inggris Alexander Fleming melaporkan bahwa suatu zat yang dihasilkan oleh jamur Penicilium notatum yang diberi nama penisilin memiliki sifat mampu membunuh bakteri penyebab penyakit. Fleming memperhatikan satu set cawan petri lama yang ia tinggalkan. Ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus aureus yang ia goreskan pada cawan petri tersebut telah hancur. Kehancuran sel bakteri terjadi pada daerah yang berdekatan dengan cendawan pencemar yang tumbuh pada cawan petri. Ia menduga bahwa suatu produk dari cendawan tersebut menyebabkan hancurnya sel stafilokokus. Produk tersebut kemudian dinamai penisilin karena cendawan pencemar tersebut dikenali sebagai Penicillium notatum.
Abu Bakar ar-Razi dilahirkan di kota Ray, sebelah selatan Teheran, sekitar tahun 250 Hijriah (864 Masehi). Di kota Ray dia tumbuh dan belajar. Dia pergi ke Baghdad ketika usianya hampir tiga puluh tahun dan menetap di sana selama beberapa waktu. Ketika masih berusia muda, dia sangat senang dengan ilmu-ilmu yang bersifat rasional, sastra dan puisi. Pada mulanya dia sangat menyukai bidang simia dan kimia serta banyak mengarang buku tentang kedua bidang tersebut. selanjutnya, pada saat dewasa, dia mempelajari bidang kedokteran di bawah bimbingan Ali bin Rabin ath-Thabari. Razi adalah dokter pertama yang diketahui telah menulis pada mata pelajaran reaksi alergi dan imunologi. Dia dikenang dalam karyanya yang lain seperti, Sense of Smelling, gejala alergi musiman, bagaimana reaksi manusi dengan radang sinus setelah mencium bunga.
B.  Rumusan Masalah
1.    Biografi dan sejarah Ibnu sina
2.    Biografi dan sejarah Hipocrates
3.    Biografi dan sejarah Alexander Fleming
C.  Tujuan
1.    Untuk mengetahui Biografi dan sejarah Ibnu sina
2.    Untuk mengetahui Biografi dan sejarah Hipocrates
3.    Untuk mengetahui Biografi dan sejarah Alexander Fleming





BAB II
PEMBAHASAN
A.  Sejarah Ibnu Sina
1.    Biografi Ibnu Sina
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd7MXmh484qr4iOAyTHER0uuIkIV_dVj3vwInV_2GaGrpgH8UNQCX2WyZpvcw57RZeaO-eYLm3pHTASxieKsaObPXCU4hQYXjNRLaXxuCe9bK0aQI8l9_YbVaXt08eCgWGfAXq8dqFzUs/s320/ibnu-sina.jpg

Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). Ibnu Sina lahir pada 980 di Afshana daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia). Dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter. Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afganistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara. Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun. Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap intelektual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia.
Diusia ke-10, Ibnu Sina sudah menguasai Al_Qur’an dan ilmu-ilmu pengetahuan dasar lainnya. Ia belajar ilmu mantik dari Abu Abdullah Natili, seorang filsuf terkenal di masa itu. Yang dipelajari Sina meliputi filsafat Yunani, kedokteran, ilmu eksakta maupun buku-buku Islam lainnya. Tak heran di kemudian hari Sina menjadi seorang filsuf, ensiklopedis, ahli matematika, dokter dan astronom terkemuka di zamannya.
Kontribusi terbesar Sina dalam bidang kedokteran terutama bias dilihat dari bukunya yang terkenal, Al-Qanun fi Al-Tibb. Kitab itu di Barat lebih dikenal sebagai The Canon of Medicine. Tidak ada satu rujukan pun dalam ilmu kedokteran yang tidak mengambil rujukan dari Sina. Di masa mudanya, ia telah memperlihatkan bakat yang luar biasa dalam bidang kedokteran, dan ketika itu ia cukup kondang di kampungnya sebagai tabib muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Di usianya yang ke-17, Sina berhasil menyembuhkan Nuh Ibn Mansur, seorang raja di Bukhara. Mirip dongeng, saat itu semua tabib terkenal yang diundang ke istana angkat tangan tak bias menyembuhkan sang raja. Dalam masa penyembuhan, Raja Mansur berkeinginan memberi Sina hadiah, tapi tabib muda itu hanya berhasrat untuk diizinkan “melahap” semua buku-buku diperpustakaan istana.
Sina memulai pengembaraannya dari Jurjan. Ini dilakukan setelah kematian ayahnya, dan bertemu dengan sebayanya yang sangat terkenal di masa itu, yakni Abu Raihan Al-Birruni. Lalu ia berpindah ke negeri Rayy dan menuju Hamadan. Di Hamadan ini ia menulis buku fenomenalnya Al-Qanun fi Al-Tibb. Di kota ini pula, ia menyembuhkan raja Hamadan, Shams Al-Daulah, dari penyakit perut kronis. Dari Hamadah kemudian ia berpindah ke Isphanan (sekarang Iran), yang menjadi tempat untuk menyelesaikan risalah-risalah monumentalnya.
Karakteristik paling mendasar dari pemikiran Ibnu Sina adalah pencapaian definisi dengan metode pemisahan dan pembedaan konsep secara tegas dank eras sehingga mampu mengusik temperamen modern. Ia mengemukaan secara berulang-ulang pada setiap kesempatan tentang pembuktian pemikirannya dalam hal dualisme tubuh dan akal, doktrin universal, serta teori tentang esensi dan eksistensi.
Keaslian pemikiran Sina rupanya, bukan saja menghadirkan keunikan sekaligus kekaguman dunia Islam pada abad pertengahan. Orde dominikan dan masa Teologi Barat memperoleh pengaruh kuat dari pemikirannya. Perumusan kembali Teologi Katolik Roma yang digagas Albert Agung dan terutama oleh Thomas Aquinas secara mendasar dipengaruhi oleh pemikitan Ibnu Sina.
Penerjemah De Anima, Gundisalvus menulis bahwa De Anima yang sebagian besar isinya merupakan pengambilan besar-besaran doktrin-doktrin Sina. Demikian juga filsuf dan ilmuwan abad pertengahan seperti Robert Grosseteste dan Roger Bacon yang menginternalisasikan sebagian besar pemikiran Ibnu Sina.
Untuk memahami teologi dav metafisika Aquinas, setiap orang pasti harus merujuk pada pemahaman jasa pemikiran yang diterimanya dari Ibnu Sina. Semua orang dapat melihat pengaruh filsuf besar muslim ini dalam karya Aquinas, Summa Theologica dan Summa Contra Gentiles yang merupakan karya terbesarnya.
Kitab Qanun fi al-Tibb atau The Conons of Medicine karangan Sina telah menjadi ensiklopedi terlengkap dan terbesar di bidang kedokteran, yang memuat jutaan istilah. Di dalamnya termuat risalah pengobatan perpaduan dari sumber-sumber pengobatan kuno dan tabib muslim. Ibnu Sina tidak sekedar memadukan, tetapi juga memberi semacam kontribusi orisinal. Selain berisi pengobatan-pengobatan dengan cara umum, kitab itu juga memuat nama obat-obatan (ada 760 macam), jenis-jenis menjangkiti seluruh tubuh mulai kepala sampai kaki, terutama bidang farmakope dan patologi.
Kitab Qanun sangat dikenal juga sebagai kitab kedokteran paling otentik di dunia, sangat banyak memuat penemuan-penemuan Sina di bidang anatomi, yang masih dipakai hingga kini. Sina pula yang pertama kali dapat mengenali muasal terjadinya penyakit menular, seperti phtisis dan TBC, yang disebarkan melalui aur dan tanah, serta kaitan antara kesehatan dengan kondisi psikologi. Dia juga orang pertama yang dapat memjabarkan gangguan meningitis (radang otak), dan ilmuwan pertama yang mampu menjabarkan anatomi mata berikut perangkat system optiknya.
Di abad ke-12, Qanun (Canon) telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona. Kitab ini kemudian menjadi buku panduan utama dalam sekolah-sekolah kedokteran Eropa. Dalam perkembangannya selama tiga belas tahun lebih, buku ini telah diterbitkan sebanyak 16 kali, 15 kali dalam bahasa Latin dan satu kali dalam bahasa Yahudi.
Bahkan di abad ke-16, buku tersebut telah dicetak kembali lrbih dari 20 kali. Tahun 1930, Cameron Gruner, secara berjilid menerjemahkan kitab ini ke dalam bahasa Inggris, yang diberinya judul A Treatise on the Canons of Medicine of Avecienna. Dari abad ke-12 sampai ke-17, kitab Qanun telah menjadi “guru pembimbing” bagi ilmu kedokteran di Barat. Dr. William Osler, penulis buku The Evolution of Modern Science, menulis: “Qanun telah mewariskan sesuatu, dan menjadi seperti kitab suci dunia kedokteran dalam jangka waktu sangat lama, melebihi buah karya apapun di dunia ini.”
Kitab Ibnu Sina lainnya, seperti Kitab Al-Shifa (Buku penyembuhan) adalah ensiklopedi filsafat, yang membahas sangat banyak lingkup pengetahuan dari filsafat sampai ilmu pengetahuan. Filosofinya berhasil mempersatukan tradisi Aristotelian, pengaruh neo-platonik dan teologi Islam. Dalam bahasa Latin kitab ini disebut Sanatio. Selain Shifa, risalah filsafatnya yang cukup dikenal adalah Al-Najat dan Isharat. Dalam kedua risalahnya itu Sina memadukan dua kategori utama dalam filsafat, yakni antara pengetahuan teoretis dan pengetahuan praktis.
Dalam bidang kimia, Sina tidak percaya psds krmungkinsn terjadinya transmulasi kimia pada bahan metal. Pandangannya ini secara radikal bertentangan dengan keumuman yang berlaku saat itu. Risalahnya dalam penelitian mineral adalah salah satu sumber utama yang sering menjadi rujukan para ensiklopedis geologi Kristen di abad ke-13. kebesaran figure Ibnu Sina kini diabadikan menjadi nama sebuah auditeruim besar pada fakultas kedokteran Universitas Paris, Perancis.
Ibnu Sina yang tak pernah bisa betah berdiam di suatu tempat, menjelajah ke barbagai negeri sambil mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat itu, akhirnya mengalami semacam kelelahan mental hebat. Pada saat itu banyak terjadi kerusuhan politik di negeri yang ia tinggali sehingga kesehatannya terganggu. Ibnu Sina wafat pada tahun 1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Ia wafat ketika sedang mengajar di sebuah sekolah. saat itu dia sedang sakit parah tetapi tetap saja bersikeras utuk mengajar anak-anak, saat dia wafat anak-anak itu merasa beruntung sekali mempunyai kesempatan untuk bertemu ke ibnu sina untuk terakhir kalinya karena saat akan dibawa ke rumah dia sudah kehilangan nyawa dan tidak dapat ditolong.
Lepas dari sebuah kesulitan, Ibnu Sina dihadapkan pada intrik-intrik politik yang jauh lebih menyakitkan. Saat menjabat sebagai perdana menteri di pemerintahan Syams ad-Daulah (Hamdan), dia nyaris terbunuh lantaran kebijakannya dianggap tidak berpihak pada angkatan bersenjata, dan pada masa kekuasan Ala ad-Daulah, ia harus mendekam di penjara lapis tujuh. namun, dalam kekalutan dan ketidaknyamanan itulah Ibnu Sina melahirkan karya opusnya Al-Qonun fi at-Thib dan As-Syifa’ yang telah menggemparkan khazanah keilmuan. Hingga akhirnya, tepat pada hari pertma Ramadhan 428 H, tepat diusianya 75 tahun, bapak dokter modern ini menghembuskan nafas terakhirnya karena diracun.
Karena dirimu, mintalah padaku yang mahal dan yang murah, mintalah padaku untuk tidak mengingatmu, tapi, jangan memintaku untuk memadamkan jiwa dan ragaku. Kebenaran ada bersamamu. Aku sama sepertimu, akan hidup seribu tahun lagi. Kita akan hidup bersama seribu tahun. Selamat tinggal. Surat pribadi ini menjadi bukti bahwa karyanya kekal berabad-abad dibandingkan dengan jasadnya.
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat

2.    Penemuannya
Dalam bidang materia medeica, Ibnu Sina telah banyak menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga - dimana tumbuh - tumbuhan banayak membantu terhadap bebebrapa penyakit tertentu seperti radang selaput otak (miningitis).
Ibnu Sina pula sebagai orang pertama yang menemukan peredaran darah manusia, dimana enam ratus tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia pulalah yang pertama kali mengatakan bahwa bayi selama  masih dalam kandungan mengambil makanannya lewat tali pusarnya.
Dia jugalah yang mula - mula mempraktekkan pembedahan penyakit - penyakit bengkak yang ganas, dan menjahitnya. Dan last but not list dia juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa dengan cara - cara modern yang kini disebut psikoterapi.
Dibidang filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam para filosof di masanya, bahkan sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina otodidak dan genius orisinil yang bukan hanya dunia Islam menyanjungnya ia memang merupakan satu bintang gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, yang bukan pinjaman sehingga Roger Bacon, filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad Pertengahan menyatakan dalam Regacy of Islam-nya Alfred Gullaume; “Sebagian besar filsafat Aristoteles sedikitpun tak dapat memberi pengaruh di Barat, karena kitabnya tersembunyi entah dimana, dan sekiranya ada, sangat sukar sekali didapatnya dan sangat susah dipahami dan digemari orang karena peperangan - peperangan yang meraja lela di sebeleah Timur, sampai saatnya Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dan juga pujangga Timur lain membuktikan kembali falsafah Aristoteles disertai dengan penerangan dan keterangan yang luas.”
3.    Pengaruh Di dunia Timur dan Barat
Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.
Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.
Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;
“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.
Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.
Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.
Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.


4.    Buku Karangan Ibnu Sina
Walaupun Ibnu Sina terkenal orang yang sangat sibuk dengan tugas pekerjaannya sehari-hari, yang hampir memborong seluruh waktunya, perlawatan yang sering dilakukannya, belum lagi peperangan yang sering terjadi, tetapi dia terkenal seorang yang sangat produktif. Buku-buku karangannya melipiti hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan, dengan memakai bahasa yang mudah dimengerti oleh segenap lapisan masyarakat pembaca. Ibnu Sina adalah seorang pujangga dan pengarang yang paling mengagumkan. Setiap waktu yang terluang, senantiasa digunakannya untuk membaca dan mengarang. Kalau tidak ada waktu yang senggang pada siang hari , maka seluruh malam dipergunakannya untuk mengarang sehingga dia tak sempat tidur. Siang hari ia pergunakan untuk menjalankan tugas pemerintahan, malam hari digunakannya untuk mengajar dan mengarang.
Sebagai seorang Negarawan, Dokter, Guru Besar selalu ia sediakan waktu untuk membaca dan mengarang. Jika ia berada dalam perjalanan, maka segala kertas dan buku dibawanya, dan kalau berhenti  disuatu tempat maka dia mulai berfikir dan terus mengarang. Digambarkan oleh muridnya Jaujani, sewaktu Ibnu Sina menulis buku “As-Syifa”, setiap hari Ibnu Sina menulis dengan tangannya sendiri tidak kurang dari 50 halaman kertas.
Jumlah karangan Ibnu Sina yang telah mulai mengarang buku ketika berusia 21 tahun sampai dengan akhir hayatnya berjumlah  276 buah. Ini adalah laporan  Fater dari Dominican di Cairo yang telah menyelidiki sedalam-dalamnya dan menghimpun hasil penyelidikannya itu kedalam sebuah buku yang diberi judul “Essai de Bibliographie Avicenna” yang memuat nama-nama dari segala buku dan risalah yang pernah dikarang oleh Ibnu Sina.
Buku-buku karangan  Ibnu Sina itu antara lain :
a.      Al-Majmu’
Buku tersebut memuat himpunan berbagai ilmu pengetahuan umum, mulai dari ilmu falsafah sampai kepada ilmu psikology dan metafisika.

b.      Al-Birru Wal Istmu
Memuat tentang ilmu ethika (akhlak untuk mengetahui perbuatan-perbuatan kebajikan dan perbuatan dosa). Buku tersebut terdiri dari 2 jilid.
c.       Al-Hashil Wal Mashul
Memuat ilmu-ilmu Islam, seperti Ilmu Hukum Fiqh, Ilmu Tafsir Al-qur’an dan Ilmu Tasauf. Buku ini terdiri dari 20 jilid.
d.      Al-Qanun Fit Thib
Buku ini lebih dikenal dengan nama “Canon” terdiri dari 5 jilid, memuat sebanyak 1 juta perkataan. Buku ini dianggap sebagai kitab sucinya ilmu Kedokteran, menguasai dunia pengobatan Eropa selama 5 abad.
e.       Al-Urjuzah Fit Thib
Buku ini memuat syair-syair tentang kedokteran. Pertama kali disebarkan menurut teks aslinya berbahasa Arab dengan terjemahannya dalam bahasa Latin dan kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Perancis.
f.        Al-Adwiyah al Qalbiyah
Buku ini memuat petunjuk pengobatan penyakit jantung.
g.      Al-Qaulandj
Buku ini memuat tentang penyakit dalam pada bahagian perut. Penyakit ini pernah diobatinya dengan berhasil baik terhadap seorang pembesar Islam, akan tetapi penyakit ini pulalah yang menyerangnya hingga ia meninggal dunia.
h.      Majmu’ah Ibnu Sina
Buku ini berisi berbagai cara pengobatan secara tabib, nujum, pekasih, pembungkem mulut para hakim, dan sebagainya. Naskah buku ini sekarang tersimpan di perpustakaan Alamiyah di Cairo dekat Universitas al Azhar.
i.        As-Syifa’
Buku ini berisi tentang penemuan dan penyembuhan. Terdiri dari 18 jilid. Naskah aslinya tersimpan di Oxford University London. Memuat  logika, fisika, matematika, kedokteran yang berhubungan dengan penemuan teori dan penyembuhan penyakit.
j.        Hikmah al Masyriqiyyin
Buku ini adalah buku filsafat yang menggambarkan filsafat timur yang berbeda dengan filsafat barat. Menurut Ibnu Sina Falsafah barat sangat mengandalkan Rasionalistic sedangkan Falsafah Timur mengandalkan selain ratio juga suara wahyu dari Tuhan.
k.      Dansh Namihi ‘Alaii
Artinya adalah Buku falsafah untuk Allah.  Buku tersebut ditulisnya untuk Amir ‘Alauddin dari Isfahan, yang ditulis Ibnu Sina dalam bahasa Persi yang Indah.
l.        Kitabul Inshaf
Buku tentang keinsafan.
m.     Kitabul Hudud
Buku tentang kesimpulan-kesimpulan. Dengan buku ini Ibnu Sina menegaskan istilah-istilah dan pengertian-pengertian yang dipakainya di dalam ilmu falsafah.
n.      Al-Isyaratu Wattambihaat
Buku tentang dalil-dalil dan peringatan-peringatan. Sesuai namanya buku ini banyak berbicara masalah-masalah dalil-dalil dan peringatan-peringatan mengenai prinsif Ketuhanan dan Keagamaan.
o.      Kitabun Najaah
Buku tentang kebahagiaan jiwa.
p.      Al-Isaghuji
Ilmu Logika Isagoji.
q.      Fi-Aqsamil ‘Ulumil ‘Aqliyyah
Tentang pembagian segala ilmu akal.
r.       Lisanul ‘Arabi
Bahasa Arab.
s.       Macharijul Huruf
Cara-cara mengucapkan kata-kata.
t.        Arrisalatu fi Assababi Hudusil Huruf
Risalah tentang terjadinya huruf.
u.      Al-qasidatul ‘Ainiyya
Qasidah/syair tentang jiwa.
v.       Ar-Risalatut Thairi
Cerita seekor burung
w.     Qishatu Salaman wa Absal
Cerita raja Salaman dan saudaranya Absal
x.      Ar-Rishalatu Hayyibin Yaqzhan
Cerita si hidup anak si bangun. Buku ini menceritakan seorang pengenbara yang sudah tua umurnya tetapi tetap kuat dan gagah, mempunyai tenaga besar dan tahan terhadap hujan dan panas, tidak terganggu oleh pergantian musim.
y.       Risalatus Siyyasati
Buku tentang ilmu politik
z.       Fi Isybatin Nubuwwa
Tentang menetapkan adanya kenabian
aa.  Ar Razaq
Tentang Pembagian Rizki
bb.  Tadbirul Junudi Walmamalik
Buku Soal Pertahanan dan Angkatan Bersenjata
cc.   Tadbirul Manazilu
Buku penyusunan kekeluargaan dalam politik Ketuhanan
dd.  Jami’ul Bada’
Tafsir Al-Qur”an
5.    Kepribadian Ibnu Sina
Dari autobiografi dan karangan - kaangannya dapat diketahui data tentang sifat - sifat kepribadianhya, misalnya :
a.    Mengagumi dirinya sendiri
Kekagumannya akan dirinya ini diceritakan oleh temannya sendiri yakni Abu Ubaid al-Jurjani. Antara lain dari ucapan Ibnu Sina sendiri, ketika aku berumur 10 tahun aku telah hafal Al-Qur’an dan sebagian besar kesusateraan hinga aku dikagumi.
b.    Mandiri dalam pemikiran
Sifat ini punya hubungan erat sudah nampak pada Ibnu Sina sejak masa kecil. Terbukti dengan ucapannya “Bapakku dipandang penganut madzhab Syi’ah Ismailiah. Demikian juga saudaraku. Aku dengar mereka menyebtnya tentang jiwa dan akal, mereka mendiskusikan tentang jiwa dan akal menurut pandangan mereka. Aku mendengarkan, memahami diskusi ini, tetapi jiwaku tak dapat menerima pandangan mereka”.
c.    Menghayati agama, tetapi belum ke tingkat zuhud dan wara’.
Kata Ibnu Sina, setiap argumentasi kuperhatikan muqaddimah qiyasiyahnya setepat - tepatnya, juga kuperhatikan kemungkinan kesimpulannya. Kupelihara syarat - syarat muqaddimahnya, sampai aku yakin kebenaran masalah itu. Bilamana aku bingung tidak berhasil kepada kesimpulan pada analogi itu, akupun pergi sembahyang menghadap maha Pencipta, sampai dibukakan-Nya kesulitan dan dimudahkan-Nya kesukaran.
d.   Rajin mencari ilmu, keterangan beliau “saya tenggelam dalam studi ilmu dan membaca selama satu setengah tahun. Aku tekun studi bidang logika dan filsafat, saya tidak tidur satu malam suntuk selama itu. Sedang siang hari saya tidak sibuk dengan hal - hal lainnya”
e.    Pendendam. Dia meredam dendam itu dalam dirinya terhadap orang yang menyinggung perasaannya. Dia hormat bila dihormati.
f.     Cepat melahirkan karangan
Ibnu Sina dengan cepat memusatkan pikirannya dan mendapatkan garis - garis besar dari isi pikirannya serta dia dengan mudah melahirkannya kepada orang lain. Menuangkan isi pikiran dengan memilih kalimat/ kata-kata yang tepat, amat mudah bagi dia. Semua itu berkat pembiasaan, kesungguhan dan latihan dan kedisiplinan yang dilakukannya.



B.  Sejarah Penemuan Alexander Fleming
1.    Biografi Alexander Fleming

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKesu8Eb3scoBUz7QQDq2rsTXquybDYvKeuxN_nXoTcsv48P3y_5FUFGzmjw4S4aw1XI7-DL9nvUaztE8APl_s_fmOCEPVKiJ4dNIgDqPkx08EW9YgRPaHJKLPnrRMzfQ3NVwcqG-rpg8/s200/Alexander+Fleming.jpg
Alexander Fleming 6 Agustus 1881 - 11 Maret 1955 Penicillin/penisilin
Sir Alexander Fleming adalah orang yang dikenal sebagai penemu penisilin (antibiotik untuk melawan bakteri).
Lahir di daerah pertanian Lochfield dekat Darvel, Skotlandia. Dia adalah anak ketiga dari empat orang bersaudara dan mempunyai empat orang saudara tiri lagi.
Fleming bersekolah di Loudoun Moor School dan Darvel School, kemudian selama dua tahun dia bersekolah di Kilmarnock Academy. Setelah bekerja di kantor jasa pengiriman selama empat tahun, Fleming yang berumur 20 tahun saat itu mewarisi sebagian harta dari pamannya. Kakak Fleming yang waktu itu adalah seorang dokter menyarankan agar adiknya mengikuti jejak karirnya, sehingga pada tahun 1901 Alexander Fleming kemudian mendaftarkan diri di Rumah Sakit St. Mary's, London. Dia kemudian mendapatkan kualifikasi khusus untuk bersekolah di tahun 1906 dengan pilihan menjadi ahli bedah.
Alexander Fleming sendiri terkenal karena dia merupakan ahli peneliti yang sangat pandai, tetapi ceroboh dan laboratoriumnya sendiri sering terlihat berantakan. Tahun 1928, setelah pulang dari liburan panjang, Fleming baru teringat akan bakteri-bakteri dipiringan laboratorium lupa di simpan baik-baik, dan telah terkontaminasi dengan sejenis jamur. Beberapa piring laboratorium yang berisikan bakteri di buang, tetapi kemudian Fleming memperhatikan bahwa perkembangan bakteri pada daerah yang terkontaminasi oleh jamur tersebut menjadi terhambat. Fleming kemudian mengambil sampel contoh dari jamur tersebut dan menelitinya, dia menemukan bahwa jamur tersebut berasal dari genus Penicillium. Inilah sebabnya mengapa obat tersebut bernama penicillin atau penisilin (Indonesia).
2.      Penemuan Alexander Fleming
Penemuan Fleming pada September 1928 menandai abad baru dalam dunia antibiotik modern. Fleming juga menemukan bahwa bakteri sendiri dapat mengembangkan resistansi dan daya tahan terhadap penisilin apabila penisilin yang digunakan sebagai antibiotik terlalu sedikit dan digunakan dalam jangka waktu yang pendek.
Hasil penemuan Fleming ini disiarkan tahun 1929, tetapi pada mulanya tidak banyak menarik perhatian. Fleming mengemukakan bahwa penicilin punya arti penting buat pengobatan. Namun, dia sendiri tak mampu mengembangkan teknik untuk memurnikan penicilin, dan lebih dari sepuluh tahun lamanya obat yang penting itu tetap tinggal terlantar.
Akhirnya, di ujung tahun 1930-an, dua penyelidik bidang kedokteran Inggris, Howard Walter Florey dan Ernst Boris Chain menemukan tulisan Fleming. Mereka mengkaji kembali hasil kerja Fleming dan menyempurnakan dan membikin jelas hasilnya. Mereka kemudian memurnikan penicilin, mencoba substansi itu pada laboratorium binatang. Tahun 1941 mereka mencoba penicillin pada manusia yang menderita sakit. Percobaan mereka dengan jelas membuktikan bahwa obat baru ini punya potensi yang menakjubkan.
Atas dorongan pemerintah Inggris dan Amerika, pabrik obat-obatan kini mulai terjun dan menaruh perhatian dan dengan cepat mengembangkan metode memproduksi penicillin dalam jumlah besar-besaran. Mulanya, penicillin cuma disediakan buat penggunaan para korban perang, tetapi tahun 1944 dapat digunakan oleh masyarakat sipil di Inggris dan Amerika.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3LMkpnDkc_DLE0c7KojLb7si1A-uU3aBs3E5pqCZI1zWR3ph23GbcaPTgyzBGJ8RCrCACClE7SSw80Ca0Bo7jP-8gGyI8PQB08JlUMByfT56akoCbf3VXThlt13jvQkBkt7csKG_Es-BN/s1600/t172158251.gif           

Tatkala perang rampung di tahun 1945, penggunaan penicillin sudah menyebar ke seluruh dunia. Penemuan penicillin amat menggugah penyelidikan bidang antibiotik lain, dan penyelidikan berikutnya telah membuahkan pelbagai “obat ajaib” namun, penicillin tetap merupakan antibiotik yang paling luas di pakai.
Satu sebab yang membikin keunggulannya langgeng adalah: penicillin efektif untuk melawan pelbagai rupa mikro organisme yang berbahaya. Obat ini berguna buat penyembuhan sipilis, gonorrhea, diphtheria, juga pelbagai macam arthiritis, bronchitis, scarlet, lever, gangrene dan banyak lagi.
Keuntungan penicillin lainnya adalah relatif aman dipakai. Dosis 50.000 unit penicillin efektif buat melawan pelbagai infeksi. Dan suntikan 100 juta unit penicillin sehari tak menimbulkan efek apa-apa. Meski sebagian kecil orang alergi terhadap penicillin, buat kebanyakan orang merupakan obat yang bisa mematangkan daya tahan dan pengamanan.
Karena penisilin waktu itu sangat sukar untuk dikembangkan, Fleming putus asa untuk mengembangkan antibiotik tersebut. Segera setelah Fleming tidak lagi mengembangkan penisilin, Howard Florey dan Ernst Chain mengambil alih pengembangan tersebut dan melakukan produksi besar-besaran dengan bantuan dana dari pemerintah Amerika dan Inggris. Norman Heatley menyarankan bahwa dengan mentransfer bahan aktif penisilin kembali ke air dan mengubah tingkat asam-nya, akan cukup untuk memproduksi obat-obatan yang dapat dipakai untuk percobaan pada binatang.
Timbul satu pendapat bahwa "Tanpa Fleming, tidak ada Chain, tanpa Chain, tidak ada Florey, tanpa Florey, tidak ada Heatley, tanpa Heatley, tidak ada Penisilin."

C.  Sejarah Penemuan AR-RAZI (251-313 H/ 865–936 M)
1.      Biografi AR-Razi
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Lahir di kota Ray di kawasan Khurasan (sebelah timur kota Teheran sekarang). Pada awal hidupnya, dia banyak memperhatikan studi filsafat, bahasa dan matematika. Pada usianya yang ke tiga puluh tahun dia pindah ke kota Bagdad dan mulai giat mempelajari ilmu kedokteran. Ketua rumah sakit ‘Adhadiah di kota Bagdad. Tidak lama setelah itu dia pulang lagi ke Ray dan menduduki jabatan kepala dokter di rumah sakit kerajaan. Namanya semakin terkenal luas di seluruh negeri.
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.
Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu'tashim.
Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.
Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya
2.    Penemuannya
Beliau berhasil menenemukan beberapa penemuan ilmiah di bidang kedokteran  dan kimia, di antaranya:
a.    Pembuatan benang operasi dari usus kucing
b.    Yang pertama-tama menyembuhkan luka dengan jahit
c.    Yang pertama kali membedakan antara penyakit cacar dengan cacar air
d.   Membuat salep dari air raksa
e.    Mengobati TBC dengan susu dicampur gula
f.     Yang pertama-tama memisahkan farmasi dari kedokteran
g.    Yang pertama kali menjadikan ilmu kimia sebagai pembantu ilmu kedokteran
h.    Perintis farmasi kimia, hasilnya:
i.      Yang pertama kali menghasilkan alkohol dari perasan zat-zat yang mengandung gula
j.      Yang pertama kali menghasilkan zat asam belerang dengan mengkristalkan belerang besi.
Di hari-hari senjanya, Ar-Razi kehilangan daya penglihatan karena terlalu  banyak membaca pada waktu malam. Al- Razi adalah orang yang murah hati, sayang pada pasien-pasiennya, dermawan kepada orang-orang miskin, karena itu ia memberikan pengobatan sepenuhnya tanpa meminta bayaran sedikitpun. Jika tidak bersama murid dan pasiennya, ia selalu menghabiskan waktunya untuk menulis dan belajar.[3] Mungkin ini yang menyebabkan penlihatannya berangsur-angsur melemah dan akhirnya ia menjadi buta
Ada cerita menarik tentang dirinya. Pada suatu hari seorang dokter datang  untuk mengobati matanya. Sebelum memulai ditanya oleh Ar-Razi tentang jumlah jaringan mata. Seketika itu dokter tersebut gemetar dan diam tidak bisa menjawab, maka Ar-Razi pun menyela, “Barang siapa yang tidak bisa menjawab pertanyaan ini, tidak sepantasnya memegang peralatan dan memain-mainkannya di mata saya.”
Ar-Razi meninggalkan banyak karangan dalam berbagai disiplin ilmu. Jumlahnya  mencapai 230 judul.
Bukunya yang paling terkenal adalah: Al-Hawi dalam kedokteran, Al-Mansuri dalam kedokteran, Al-Judari dan Hashbah (cacar dan cacar air), Bar’u Sa‘ah (sembuh seketika), Sirrul Asrar (rahasia dari rahasia) dalam kimia, dan Tadbir (pengaturan) juga dalam kimia.
3.      Pesan-Pesannya:
“Obatilah penyakit pada saat muncul gejala awalnya dengan sesuatu yang tidak menghilangkan energi pasien. Hal ini disepakati oleh para dokter, telah terbukti secara empiris dan agar berada di depanmu!”
“Apabila seorang dokter mampu mengobati dengan makanan tanpa obat, maka hal itu sejalan dengan prinsip kebahagiaan.”
“Sebaiknya seorang pasien hanya berobat kepada satu orang dokter saja. Kemungkinan kelirunya akan lebih kecil.”
“Umur tidak cukup untuk mengetahui khasiat setiap tumbuhan yang yang ada di muka bumi. Dari itu pilihlah yang sudah terkenal. Hal inipun telah disepakati oleh para dokter dan terbukti secara empiris!”
“Kebenaran dalam kedokteran adalah suatu tujuan yang tidak mungkin dicapai, mengobati dengan hanya bersandarkan kepada buku tanpa kemahiran seorang ahli adalah tindakan yang berbahaya.

4.    Muhammad ibnu Zakariya ar Razi
Seperti diketahui, di bidang farmasi profesional pada awalnya dikembangkan di Baghdad pada masa pemerintahan Dinasti Abbaysiah pada abad ke-9. Cendekiawan dan ilmuwan Muslim menyumbang kontribusi yang signifikan untuk bidang studi mereka. Di antara mereka adalah apoteker / dokter Muhammad ibnu Zakariya ar Razi.
Photo: Zakariya ar-Razi - Wikipedia
Photo: Zakariya ar-Razi – Wikipedia
Banyak sarjana Barat sering merujuk kepadanya yang juga dikenal dengan nama Latin sebagai Rhazes. Razi yang dilahirkan di kota Rayy Persia dan berkelana hampir sepanjang hidupnya. Ia menjabat sebagai dokter untuk pejabat pemerintah terkemuka di Spanyol. Razi dihormati karena beberapa inovasinya di bidang medis, termasuk penggunaan alkohol sebagai anti-septik. Salah satu prestasi terbesar Razi adalah karya-nya dalam Kitab al-Mansuri fi al-thibbun, atau Kitab Obat Mansur. Dimana didalamnya berisi tentang sejarah kasus penyakit, jumlah dan rincian penyakit, gejala, dan perawatannya. Kitab itu kemudian  diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di kota Toledo, Spanyol pada abad ke-12 sebagai Buku Razi of Medicine dan diedarkan secara luas ke seluruh Spanyol dan wilayah Eropa pada abad ke-13.
Razi adalah dokter pertama yang diketahui telah menulis pada mata pelajaran reaksi alergi dan imunologi. Dia dikenang dalam karyanya yang lain seperti, Sense of Smelling, gejala alergi musiman, bagaimana reaksi manusi dengan radang sinus setelah mencium bunga.
Razi kembali melakukan pengamatan fundamental penting ketika ia mencatat bahwa demam adalah mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit. Penemuan ini merupakan dasar dari ilmu imunologi.

Razi adalah seorang pelopor dalam hal diagnosa. Razi misalnya mendiagnosa diabetes dengan meminta pasien untuk buang air kecil di daerah yang bersih dari pasir. Jika semut berkumpul di daerah buang air si pasien, maka bisa disimpulkan karena kelebihan glukosa dalam urin, dan itu berarti si pasien memiliki penyakit diabetes.
Razi juga yang menyimpulkan bahwa jantung adalah organ yang harus disalahkan untuk kematian mendadak. Dia menulis bahwa kematian mendadak terjadi ketika otot jantung tegang dan gagal untuk memompa darah. Razi juga mendokumentasikan beberapa jenis penyumbatan arteri.
Selain diagnosa Al-Razi juga memberikan kontribusi bagi bidang psikologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan fisik. Dia mendorong pasien dan siswa untuk berlatih berpikir positif, percaya bahwa pikiran mempengaruhi tubuh dan bahwa hal itu bisa membantu dalam pemulihan.
Razi juga menulis perbedaan antara penyakit cacar dan campak  dalam Al-Judari wa al-Hasbah, atau  Cacar dan Campak. Pengetahuan akan perbedaan antara kedua penyakit sangat  penting sehingga dalam perawatan akhirnya berkembang. Buku itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan beberapa bahasa Eropa lainnya termasuk Perancis, Jerman, dan Inggris. Pada Cacar dan Campak diterbitkan beberapa lusin kali antara abad ke 15 dan 19.Karya Razi mendapat perhatian besar pada paruh pertama abad ke-18.
Awal Razi menulis “Cacar dan Campak” karena alasan sederhana, bahwa ia tidak terkesan dengan karya yang ditulis oleh dokter sebelum dia tentang masalah penyakit ini. Karya dengan empat belas bab rinci ini menjelaskan gejala, metode pengamatan klinis, dan perawatan. Bagian yang paling penting dari buku ini adalah di mana Razi mendokumentasikan pembedaan antara infeksi cacar dan campak. Razi mengidentifikasi gejala umum paling utama antara kedua infeksi seperti “demam, gatal hidung, alergi dalam tubuh, pipi dan mata kemerahan, sakit tenggorokan, nyeri dada, sesak nafas, batuk, suara serak, sakit kepala, dan kadang-kadang sinkop.
Perbedaan yang Razi kedepankan dan paling menarik  adalah tingkat keparahan nyeri punggung sebagai gejala cacar. Ini sangat penting dalam hal mendiagnosis penyakit yang benar. Dokter juga mengidentifikasi demam sebagai gejala, bukan penyakit itu sendiri. Dia mengidentifikasi berbagai tahapan dan hubungannya dengan perkembangan penyakit. Dalam kasus cacar, Razi merekomendasikan bahwa pasien diberi makan barley dengan air dan lentil. Dia juga menulis bahwa tumbuh-tumbuhan tertentu harus dibungkus dalam kain dan diterapkan pada luka pasien. Al-Judari wa al-Hasbah adalah buku pertama dari jenisnya di mana dua penyakit menular yang dijelaskan panjang lebar dan detail. Sebagai sebuah karya tunggal, resep Razi telah menjadi rujukan secara luas para dokter Eropa Timur dan Tengah dan ilmuwan.
Dalam karya-karyanya, Razi menekankan betapa pentingnya pengamatan klinis untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Metode Razi tentang penelitian yang inovatif  mengingatkan kita sebagai cara yang digunakan oleh peneliti medis modern. Meskipun Razi tidak menggunakan metode Medieval umum dari darah dan teori dari empat cairan dari tubuh (darah, dahak, empedu kuning, empedu hitam), metodenya yang sangat modern dan canggih. Dia menyarankan murid-muridnya untuk mengamati hasil klinis untuk diri mereka sendiri daripada mengandalkan metode kuno dan penemuan. Dia sering berbicara tentang pentingnya tangan pertama pengamatan, mengklaim bahwa dokter dari dunia kuno yang tidak sempurna, karena mereka juga sering dianggap tidak sempurna.
Ulasan ini dedikasikan untuk penemuan kebenaran ilmiah yang meneguhkan seorang Al-Razi sebagai tokoh fundamental penting dalam sejarah kedokteran, baik di belahan Barat dan Timur.
Studi filsafat Razi ini bertahan hingga kini, mempengaruhi kebudayaan Eropa lewat pengamatan dan kontribusinya terhadap dunia kedokteran. Dia mempelajari karya-karya filsuf Yunani kuno Plato  dan Socrates. Razi percaya pada perkembangan generasi mendatang, mengklaim bahwa setiap generasi harus lebih tercerahkan daripada yang terakhir. Dia menempatkan penekanan besar pada nilai rasionalitas, keyakinan yang  ia pahami sebagian dari tulisan Plato dan Socrates. Pemikiran rasional yang Razi persembahkan dan akan menjadi komponen penting dari Renaisans Eropa yang terjadi pada abad setelah kematian Razi sendiri.
























BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.    Ibnu Sina adalah seorang ahli multi kompleks di dalam berbagai Ilmu Pengetahuan. Karena serba lengkap keahliannya itu, orang menamakannya “ensiklopedi hidup” yang melengkapi segala ilmu. Sebut saja keahliannya; sebagai dokter, negarawan, filosof, pengarang, politikus, dan banyak lagi yang lain. Keahliannya dalam ilmu kedokteran dikagumi di seluruh dunia, baik mengenai prakteknya apalagi dilapangan teori yang tetap hidup berabad-abad lamanya. Dia diakui sebagai dokter kaliber Internasional, yang ajarannya dianut lebih dari 5 abad lamanya oleh ahli kedoteran barat khususnya, melebihi lamanya dari para Dokter kaliber Internasional yang mendahuluinya, seperti Galenius dan Hipocrates  dari Yunani.
2.    Alexander Fleming Alexander Fleming sendiri terkenal karena dia merupakan ahli peneliti yang sangat pandai, tetapi ceroboh dan laboratoriumnya sendiri sering terlihat berantakan. Tahun 1928, setelah pulang dari liburan panjang, Fleming baru teringat akan bakteri-bakteri dipiringan laboratorium lupa di simpan baik-baik, dan telah terkontaminasi dengan sejenis jamur. Beberapa piring laboratorium yang berisikan bakteri di buang, tetapi kemudian Fleming memperhatikan bahwa perkembangan bakteri pada daerah yang terkontaminasi oleh jamur tersebut menjadi terhambat. Fleming kemudian mengambil sampel contoh dari jamur tersebut dan menelitinya, dia menemukan bahwa jamur tersebut berasal dari genus Penicillium. Inilah sebabnya mengapa obat tersebut bernama penicillin atau penisilin (Indonesia). Timbul satu pendapat bahwa "Tanpa Fleming, tidak ada Chain, tanpa Chain, tidak ada Florey, tanpa Florey, tidak ada Heatley, tanpa Heatley, tidak ada Penisilin."
3.    Ar-Razi
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran.
Pada awal hidupnya, dia banyak memperhatikan studi filsafat, bahasa dan matematika. Pada usianya yang ke tiga puluh tahun dia pindah ke kota Bagdad dan mulai giat mempelajari ilmu kedokteran. Ketua rumah sakit ‘Adhadiah di kota Bagdad. Tidak lama setelah itu dia pulang lagi ke Ray dan menduduki jabatan kepala dokter di rumah sakit kerajaan. Namanya semakin terkenal luas di seluruh negeri.
Razi adalah seorang pelopor dalam hal diagnosa. Razi juga yang menyimpulkan bahwa jantung adalah organ yang harus disalahkan untuk kematian mendadak. Selain diagnosa Al-Razi juga memberikan kontribusi bagi bidang psikologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan fisik. Razi juga menulis perbedaan antara penyakit cacar dan campak  dalam Al-Judari wa al-Hasbah, atau  Cacar dan Campak.
B.  Saran
1.      Ciptakanlah selalu sejarah dalam hidupmu, ambil pelajaran dari para penemu tanpa mereka kita tidak bisa merasakan dan menikmati penemuan beliau.
2.      Sebagai mahasiswa jangan pernah lupa sejarah, karna sejarah adalah bukti dari masa lalu. Semoga kebesaran masa lalu menjadi cita-cita kebesaran masa depan tanpa harus diwujudkan dengan pemaksaan kehendak. Sebab kejayaan masa lampau sering menjadi tempurung kecil berbungkus kekerdilan yang menghambat kita bergerak karena kekerasan dan kebanggaan yang belum tentu membawa dunia menjadi lebih baik








DAFTAR PUSTAKA

Busyairi Madjidi, Konsep Pendidikan Para Filosof Muslim, (Yogyakarta : Al-Amin Press). 1997, hal. 47 – 51
media.isnet.org Artikel/ebook lain, dpt di  download dlm bentuk file zip/chm di: http://www.pakdenono.com/ alexander.fleming
http://id.wikipedia.org/wiki/Alexander_Fleming diakses tanggal 24 desember 2012
http://filsafat.kompasiana.com/2011/09/26/ar-razi/ diakses tanggal 24 desember 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina diakses tanggal 24 desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar